Sejak dulu
pendidikan sudah dilakukan orang yang digunakan untuk mewariskan nilai-nilai
budaya dari segi generasi tua kepada generasi berikutnya. Karena bahasa adalah
juga bagian dari kebudayaan, meskipun juga untuk menyampaikan segi-segi
kebudayaan lainnya, maka pewarisan kemampuan berbahasa dan sikap positif
terhadap bahasa dapat pula dilakukan melalui jalur pendidikan itu.
Dalam
pembelajaran bahasa melalui pendidikan ada variabel yang ada di dalamnya yiatu
murid, guru, bahan pelajaran, dan tujuan
pengajaran. Keempat variabel tersebut mempunyai hubungan fungsional dalam
kegiatan belajar mengajar dan turut menentukan keberhasilan belajar. Di samping
keempat variabel tersebut masih ada variabel lain yang turut menentukan
keberhasilan belajar, yaitu lingkungan keluarga dan masyarakat tempat siswa
tinggal dan lingkungan sekolah tampat murid belajar. Dalam masyarakat yang
multilingual, multirasial, dan multikultural, maka faktor kebahasaan,
kebudayaan, sosial, dan etnis juga merupakan variabel yang dapat mempengaruhi
keberhasilan pengajaran bahasa. Dengan demikian dalam proses belajar mengajar
bahasa ada sejumlah variabel, baik yang bersifat linguistik maupun yang
bersifat nonlinguistik, yang dapat menentukan keberhasilan belajar mengajar.
Selain
variabel-variabel di atas ada faktor lain yang juga menentukan keberhasilan
belajar bahasa, yaitu yang disebut asas-asas belajar, yang dapat dikelompokkan
menjadi asas-asas yang bersifat psikologis anak didik, dan yang bersifat materi
linguistik. Asas-asas yang bersifat psikologis itu antara lain, motivasi,
pengalaman diri, keingintahuan, berfikir analisis-sintesis, dan perbedaan
individual. Di samping asas-asas yang berkaitan dengan anak dan psikologi
seperti dibicarakan di atas, ada pula asas-asas dalam belajar yang berkenaan
dengan materi dan metodik. Asas-asas ini perlu diperhatikan agar dapat dicapai
hasil yang maksimal dalam proses belajar mengajar itu. Adapun asas-asas itu
adalah mudah menuju susah, sederhana menuju kompleks pengetahuan, dekat menuju
jauh, pola menuju unsur, penggunaan menuju pengetahuan, masalah buka kebiasaan,
dan kenyataan bukan buatan.
Tujuan
pendidikan nasional di Indonesia pada dasarnya membentuk manusia Pancasilais.
Jika nilai-nilai yang ada pada Pancasila tlah tertenam dalam setiap jiwa, maka
manusia akan memunyai perilaku yang sesuai asas-asas Pancasila dalam segala
tindakan manusia tersebut, termasuk dalam berbahasa Indonesia, dan memiliki
sikap posotif terhadap bahasa. Tujuan pendidikan nasional ini berlaku secara nasional
dan diharapkan dapat diikitsertakan pemberiannya dalam semua jenjang
pendidikan, dan semua mata pelajaran termasuk mata pelajaran bahasa Indonesia.
Dalam
masyarakat multilingual tentu akan ada pengajaran bahasa kedua. Bahkan kedua
ini bisa bahasa nasional. pengajaran bahasa kedua tentunya akan menimbulkan
masalah-masalah sosiolinguistik. Masalah-masalah itu ada yang ringan dan ada
yang berat.
Konsep
umum yang bisa ditangkap dari sekian banyak pertemuan, bahwa pragmatik adalah
ketrampilan menggunakan bahasa menurut partisipan, topik pembicaraan, tujuan
pembicaraan, situasi dan tempat berlangsungnya pembicaraan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar