Sabtu, 06 April 2013

Pendidikan dan Pengajaran Bahasa


Sejak dulu pendidikan sudah dilakukan orang yang digunakan untuk mewariskan nilai-nilai budaya dari segi generasi tua kepada generasi berikutnya. Karena bahasa adalah juga bagian dari kebudayaan, meskipun juga untuk menyampaikan segi-segi kebudayaan lainnya, maka pewarisan kemampuan berbahasa dan sikap positif terhadap bahasa dapat pula dilakukan melalui jalur pendidikan itu.
Dalam pembelajaran bahasa melalui pendidikan ada variabel yang ada di dalamnya yiatu murid, guru, bahan  pelajaran, dan tujuan pengajaran. Keempat variabel tersebut mempunyai hubungan fungsional dalam kegiatan belajar mengajar dan turut menentukan keberhasilan belajar. Di samping keempat variabel tersebut masih ada variabel lain yang turut menentukan keberhasilan belajar, yaitu lingkungan keluarga dan masyarakat tempat siswa tinggal dan lingkungan sekolah tampat murid belajar. Dalam masyarakat yang multilingual, multirasial, dan multikultural, maka faktor kebahasaan, kebudayaan, sosial, dan etnis juga merupakan variabel yang dapat mempengaruhi keberhasilan pengajaran bahasa. Dengan demikian dalam proses belajar mengajar bahasa ada sejumlah variabel, baik yang bersifat linguistik maupun yang bersifat nonlinguistik, yang dapat menentukan keberhasilan belajar mengajar.
Selain variabel-variabel di atas ada faktor lain yang juga menentukan keberhasilan belajar bahasa, yaitu yang disebut asas-asas belajar, yang dapat dikelompokkan menjadi asas-asas yang bersifat psikologis anak didik, dan yang bersifat materi linguistik. Asas-asas yang bersifat psikologis itu antara lain, motivasi, pengalaman diri, keingintahuan, berfikir analisis-sintesis, dan perbedaan individual. Di samping asas-asas yang berkaitan dengan anak dan psikologi seperti dibicarakan di atas, ada pula asas-asas dalam belajar yang berkenaan dengan materi dan metodik. Asas-asas ini perlu diperhatikan agar dapat dicapai hasil yang maksimal dalam proses belajar mengajar itu. Adapun asas-asas itu adalah mudah menuju susah, sederhana menuju kompleks pengetahuan, dekat menuju jauh, pola menuju unsur, penggunaan menuju pengetahuan, masalah buka kebiasaan, dan kenyataan bukan buatan.
Tujuan pendidikan nasional di Indonesia pada dasarnya membentuk manusia Pancasilais. Jika nilai-nilai yang ada pada Pancasila tlah tertenam dalam setiap jiwa, maka manusia akan memunyai perilaku yang sesuai asas-asas Pancasila dalam segala tindakan manusia tersebut, termasuk dalam berbahasa Indonesia, dan memiliki sikap posotif terhadap bahasa. Tujuan pendidikan nasional ini berlaku secara nasional dan diharapkan dapat diikitsertakan pemberiannya dalam semua jenjang pendidikan, dan semua mata pelajaran termasuk mata pelajaran bahasa Indonesia.
Dalam masyarakat multilingual tentu akan ada pengajaran bahasa kedua. Bahkan kedua ini bisa bahasa nasional. pengajaran bahasa kedua tentunya akan menimbulkan masalah-masalah sosiolinguistik. Masalah-masalah itu ada yang ringan dan ada yang berat.
Konsep umum yang bisa ditangkap dari sekian banyak pertemuan, bahwa pragmatik adalah ketrampilan menggunakan bahasa menurut partisipan, topik pembicaraan, tujuan pembicaraan, situasi dan tempat berlangsungnya pembicaraan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar