Pengertian bahasa
Pada zaman Yunani para filsuf meneliti apa yang dimaksud
dengan bahasa dan apa hakikat bahasa. Para filsuf tersebut sependapat bahwa
bahasa adalah sistem tanda. Dikatakan bahwa manusia hidup dalam tanda-tanda
yang mencakup segala segi kehidupan manusia, misalnya bangunan, kedokteran,
kesehatan, geografi, dan sebagainya. Tetapi mengenai hakikat bahasa – apakah
bahasa mirip realitas atau tidak – mereka belum sepakat. Dua filsuf besar yang
pemikirannya terus berpengaruh sampai saat ini adalah Plato dan Aristoteles.
Ruang Lingkup Ilmu Bahasa
Secara umum, bidang ilmu bahasa dapat fonetik, fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Beberapa bidang tersebut dijelaskan dalam sub-bab berikut ini.
Ruang Lingkup Ilmu Bahasa
Secara umum, bidang ilmu bahasa dapat fonetik, fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Beberapa bidang tersebut dijelaskan dalam sub-bab berikut ini.
Fonetik
Fonetik mengacu pada artikulasi bunyi bahasa. Para ahli
fonetik telah berhasil menentukan cara artikulasi dari berbagai bunyi bahasa
dan membuat abjad fonetik internasional sehingga memudahkan seseorang untuk
mempelajari dan mengucapkan bunyi yang tidak ada dalam bahasa ibunya. Misalnya
dalam bahasa Inggris ada perbedaan yang nyata antara bunyi tin dan thin, dan
antara they dan day,.
Abjad fonetik internasional, yang didukung oleh laboratorium fonetik, departemen linguistik, UCLA, penting dipelajari oleh semua pemimpin, khususnya pemimpin negara. Dengan kemampuan membaca abjad fonetik secara tepat, seseorang dapat memberikan pidato dalam ratusan bahasa.
Abjad fonetik internasional, yang didukung oleh laboratorium fonetik, departemen linguistik, UCLA, penting dipelajari oleh semua pemimpin, khususnya pemimpin negara. Dengan kemampuan membaca abjad fonetik secara tepat, seseorang dapat memberikan pidato dalam ratusan bahasa.
Fonologi
Fonologi mengacu pada sistem bunyi bahasa. Misalnya dalam
bahasa Inggris, ada gugus konsonan yang secara alami sulit diucapkan oleh
penutur asli bahasa Inggris karena tidak sesuai dengan sistem fonologis bahasa
Inggris, namun gugus konsonan tersebut mungkin dapat dengan mudah diucapkan
oleh penutur asli bahasa lain yang sistem fonologisnya terdapat gugus konsonan
tersebut.
Morfologi
Morfologi lebih banyak mengacu pada analisis unsur-unsur
pembentuk kata. Sebagai perbandingan sederhana, seorang ahli farmasi (atau
kimia?) perlu memahami zat apa yang dapat bercampur dengan suatu zat tertentu
untuk menghasilkan obat flu yang efektif; sama halnya seorang ahli linguistik
bahasa Inggris perlu memahami imbuhan apa yang dapat direkatkan dengan suatu
kata tertentu untuk menghasilkan kata yang benar. Misalnya akhiran -¬en dapat
direkatkan dengan kata sifat dark untuk membentuk kata kerja darken, namun akhiran
-¬en tidak dapat direkatkan dengan kata sifat green untuk membentuk kata kerja.
Alasannya tentu hanya dapat dijelaskan oleh ahli bahasa, sedangkan pengguna
bahasa boleh saja langsung menggunakan kata tersebut.
Sintaksis
Analisis sintaksis mengacu pada analisis frasa dan kalimat.
Salah satu kemaknawiannya adalah perannya dalam perumusan peraturan
perundang-undangan. Beberapa teori analisis sintaksis dapat menunjukkan apakah
suatu kalimat atau frasa dalam suatu peraturan perundang-undangan bersifat ambigu
(bermakna ganda) atau tidak. Jika bermakna ganda, tentunya perlu ada
penyesuaian tertentu sehingga peraturan perundang-undangan tersebut tidak
disalahartikan baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
Semantik
Kajian semantik membahas mengenai makna bahasa. Analisis
makna dalam hal ini mulai dari suku kata sampai kalimat. Analisis semantik
mampu menunjukkan bahwa dalam bahasa Inggris, setiap kata yang memiliki suku
kata ‘pl’ memiliki arti sesuatu yang datar sehingga tidak cocok untuk nama
produk/benda yang cekung. Ahli semantik juga dapat membuktikan suku kata apa
yang cenderung memiliki makna yang negatif, sehingga suku kata tersebut
seharusnya tidak digunakan sebagai nama produk asuransi.
Sejarah Perkembangan Ilmu Bahasa
Sejarah Perkembangan Ilmu Bahasa
Ilmu bahasa terus berkembang dan semakin memainkan peran
penting dalam dunia ilmu pengetahuan.
Tradisi tata bahasa Yunani-Latin berpengaruh ke
bahasa-bahasa Eropa lainnya. Tata bahasa Dionysius Thrax pada abad 5
diterjemahkan ke dalam bahasa Armenia, kemudian ke dalam bahasa Siria. Selanjutnya
para ahli tata bahasa Arab menyerap tata bahasa Siria.
Minat meneliti bahasa-bahasa di Eropa sebenarnya sudah dimulai sebelum zaman Renaisans, antara lain dengan ditulisnya tata bahasa Irlandia (abad 7 M), tata bahasa Eslandia (abad 12), dan sebagainya. Pada masa itu bahasa menjadi sarana dalam kesusastraan, dan bila menjadi objek penelitian di universitas tetap dalam kerangka tradisional. Tata bahasa dianggap sebagai seni berbicara dan menulis dengan benar. Tugas utama tata bahasa adalah memberi petunjuk tentang pemakaian "bahasa yang baik" , yaitu bahasa kaum terpelajar. Petunjuk pemakaian "bahasa yang baik" ini adalah untuk menghindarkan terjadinya pemakaian unsur-unsur yang dapat "merusak" bahasa seperti kata serapan, ragam percakapan, dan sebagainya.
Minat meneliti bahasa-bahasa di Eropa sebenarnya sudah dimulai sebelum zaman Renaisans, antara lain dengan ditulisnya tata bahasa Irlandia (abad 7 M), tata bahasa Eslandia (abad 12), dan sebagainya. Pada masa itu bahasa menjadi sarana dalam kesusastraan, dan bila menjadi objek penelitian di universitas tetap dalam kerangka tradisional. Tata bahasa dianggap sebagai seni berbicara dan menulis dengan benar. Tugas utama tata bahasa adalah memberi petunjuk tentang pemakaian "bahasa yang baik" , yaitu bahasa kaum terpelajar. Petunjuk pemakaian "bahasa yang baik" ini adalah untuk menghindarkan terjadinya pemakaian unsur-unsur yang dapat "merusak" bahasa seperti kata serapan, ragam percakapan, dan sebagainya.
Selain di Eropa dan Asia Barat, penelitian bahasa di Asia
Selatan yang perlu diketahui adalah di India dengan ahli gramatikanya yang
bemama Panini (abad 4 SM). Tata bahasa Sanskrit yang disusun ahli ini memiliki
kelebihan di bidang fonetik. Keunggulan ini antara lain karena adanya keharusan
untuk melafalkan dengan benar dan tepat doa dan nyanyian dalam kitab suci Weda.
Sampai menjelang zaman Renaisans, bahasa yang diteliti
adalah bahasa Yunani, dan Latin. Bahasa Latin mempunyai peran penting pada masa
itu karena digunakan sebagai sarana dalam dunia pendidikan, administrasi dan
diplomasi internasional di Eropa Barat. Pada zaman Renaisans penelitian bahasa
mulai berkembang ke bahasa-bahasa Roman (bahasa Prancis, Spanyol, dan Italia)
yang dianggap berindukkan bahasa Latin, juga kepada bahasa-bahasa yang nonRoman
seperti bahasa Inggris, Jerman, Belanda, Swedia, dan Denmark.
Untuk mengetahui hubungan genetis di antara bahasa-bahasa dilakukan metode komparatif. Antara tahun 1820-1870 para ahli linguistik berhasil membangun hubungan sistematis di antara bahasa-bahasa Roman berdasarkan struktur fonologis dan morfologisnya. Pada tahun 1870 itu para ahli bahasa dari kelompok Junggramatiker atau Neogrammarian berhasil menemukan cara untuk mengetahui hubungan kekerabatan antarbahasa berdasarkan metode komparatif.
Beberapa rumpun bahasa yang berhasil direkonstruksikan sampai dewasa ini antara lain:
1). Rumpun Indo-Eropa: bahasa Jerman, Indo-Iran, Armenia, Baltik, Slavis, Roman, Keltik, Gaulis.
2). Rumpun Semito-Hamit: bahasa Arab, Ibrani, Etiopia.
3). Rumpun Chari-Nil; bahasa Bantu, Khoisan.
4). Rumpun Dravida: bahasa Telugu, Tamil, Kanari, Malayalam.
5). Rumpun Austronesia atau Melayu-Polinesia: bahasa Melayu, Melanesia, Polinesia.
6). Rumpun Austro-Asiatik: bahasa Mon-Khmer, Palaung, Munda, Annam.
7). Rumpun Finno-Ugris: bahasa Ungar (Magyar), Samoyid.
8). Rumpun Altai: bahasa Turki, Mongol, Manchu, Jepang, Korea.
9). Rumpun Paleo-Asiatis: bahasa-bahasa di Siberia.
10). Rumpun Sino-Tibet: bahasa Cina, Thai, Tibeto-Burma.
11). Rumpun Kaukasus: bahasa Kaukasus Utara, Kaukasus Selatan.
12). Bahasa-bahasa Indian: bahasa Eskimo, Maya Sioux, Hokan
13). Bahasa-bahasa lain seperti bahasa di Papua, Australia dan Kadai.
Untuk mengetahui hubungan genetis di antara bahasa-bahasa dilakukan metode komparatif. Antara tahun 1820-1870 para ahli linguistik berhasil membangun hubungan sistematis di antara bahasa-bahasa Roman berdasarkan struktur fonologis dan morfologisnya. Pada tahun 1870 itu para ahli bahasa dari kelompok Junggramatiker atau Neogrammarian berhasil menemukan cara untuk mengetahui hubungan kekerabatan antarbahasa berdasarkan metode komparatif.
Beberapa rumpun bahasa yang berhasil direkonstruksikan sampai dewasa ini antara lain:
1). Rumpun Indo-Eropa: bahasa Jerman, Indo-Iran, Armenia, Baltik, Slavis, Roman, Keltik, Gaulis.
2). Rumpun Semito-Hamit: bahasa Arab, Ibrani, Etiopia.
3). Rumpun Chari-Nil; bahasa Bantu, Khoisan.
4). Rumpun Dravida: bahasa Telugu, Tamil, Kanari, Malayalam.
5). Rumpun Austronesia atau Melayu-Polinesia: bahasa Melayu, Melanesia, Polinesia.
6). Rumpun Austro-Asiatik: bahasa Mon-Khmer, Palaung, Munda, Annam.
7). Rumpun Finno-Ugris: bahasa Ungar (Magyar), Samoyid.
8). Rumpun Altai: bahasa Turki, Mongol, Manchu, Jepang, Korea.
9). Rumpun Paleo-Asiatis: bahasa-bahasa di Siberia.
10). Rumpun Sino-Tibet: bahasa Cina, Thai, Tibeto-Burma.
11). Rumpun Kaukasus: bahasa Kaukasus Utara, Kaukasus Selatan.
12). Bahasa-bahasa Indian: bahasa Eskimo, Maya Sioux, Hokan
13). Bahasa-bahasa lain seperti bahasa di Papua, Australia dan Kadai.
Keberhasilan kaum Junggramatiker merekonstruksi bahasa-bahasa
proto di Eropa mempengaruhi pemikiran para ahli linguistik abad 20, antara lain
Ferdinand de Saussure. Sarjana ini tidak hanya dikenal sebagai bapak linguistik
modern, melainkan juga seorang tokoh gerakan strukturalisme. Dalam
strukturalisme bahasa dianggap sebagai sistem yang berkaitan (system of
relation). Elemen-elemennya seperti kata, bunyi saling berkaitan dan bergantung
dalam membentuk sistem tersebut.
Beberapa pokok pemikiran Saussure:
1). Bahasa lisan lebih utama dari pada bahasa tulis. Tulisan hanya merupakan sarana yang mewakili ujaran.
2). Linguistik bersifat deskriptif, bukan preskriptif seperti pada tata bahasa tradisional. Para ahli linguistik bertugas mendeskripsikan bagaimana orang berbicara dan menulis dalam bahasanya, bukan memberi keputusan bagaimana seseorang seharusnya berbicara.
3). Penelitian bersifat sinkronis bukan diakronis seperti pada linguistik abad 19. Walaupun bahasa berkembang dan berubah, penelitian dilakukan pada kurun waktu tertentu.
4). Bahasa merupakan suatu sistem tanda yang bersisi dua, terdiri dari signifiant (penanda) dan signifie (petanda). Keduanya merupakan wujud yang tak terpisahkan, bila salah satu berubah, yang lain juga berubah.
5). Bahasa formal maupun nonformal menjadi objek penelitian.
6). Bahasa merupakan sebuah sistem relasi dan mempunyai struktur.
7). Dibedakan antara bahasa sebagai sistem yang terdapat dalam akal budi pemakai bahasa dari suatu kelompok sosial (langue) dengan bahasa sebagai manifestasi setiap penuturnya (parole).
8). Dibedakan antara hubungan asosiatif dan sintagmatis dalam bahasa. Hubungan asosiatif atau paradigmatis ialah hubungan antarsatuan bahasa dengan satuan lain karena ada kesamaan bentuk atau makna. Hubungan sintagmatis ialah hubungan antarsatuan pembentuk sintagma dengan mempertentangkan suatu satuan dengan satuan lain yang mengikuti atau mendahului.
1). Bahasa lisan lebih utama dari pada bahasa tulis. Tulisan hanya merupakan sarana yang mewakili ujaran.
2). Linguistik bersifat deskriptif, bukan preskriptif seperti pada tata bahasa tradisional. Para ahli linguistik bertugas mendeskripsikan bagaimana orang berbicara dan menulis dalam bahasanya, bukan memberi keputusan bagaimana seseorang seharusnya berbicara.
3). Penelitian bersifat sinkronis bukan diakronis seperti pada linguistik abad 19. Walaupun bahasa berkembang dan berubah, penelitian dilakukan pada kurun waktu tertentu.
4). Bahasa merupakan suatu sistem tanda yang bersisi dua, terdiri dari signifiant (penanda) dan signifie (petanda). Keduanya merupakan wujud yang tak terpisahkan, bila salah satu berubah, yang lain juga berubah.
5). Bahasa formal maupun nonformal menjadi objek penelitian.
6). Bahasa merupakan sebuah sistem relasi dan mempunyai struktur.
7). Dibedakan antara bahasa sebagai sistem yang terdapat dalam akal budi pemakai bahasa dari suatu kelompok sosial (langue) dengan bahasa sebagai manifestasi setiap penuturnya (parole).
8). Dibedakan antara hubungan asosiatif dan sintagmatis dalam bahasa. Hubungan asosiatif atau paradigmatis ialah hubungan antarsatuan bahasa dengan satuan lain karena ada kesamaan bentuk atau makna. Hubungan sintagmatis ialah hubungan antarsatuan pembentuk sintagma dengan mempertentangkan suatu satuan dengan satuan lain yang mengikuti atau mendahului.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar