Etnik mengacu pada kelompok yang keanggotaannya
berdasarkan asal-usul keturunan. Seringkali bahasa digunakan sebagai ciri
etnik. Bahasa dikatakan sebagai alat identitas etnik bahkan yang lebih khusus
lagi bahasa daerah adalah alat identitas suku. Tetapi tanggapan seperti ini tidaklah
benar adanya. Hal ini dikarenakan seorang individu apabila berada dalam
lingkungan etnik lain ternyata juga bisa menggunakan bahasa etnik lain tersebut
dengan baik dan bahkan hampir tidak bisa dibedakan apakah dia berasal dari etnik
lain atau etnik dari tempat di mana dia tinggal sekarang. Oleh karena itu tidak
selalu ada hubungan antara ras dengan bahasa. Tetapi dalam kenyataan sosial
banyak hal bahasa merupakan faktor penting/ciri esensial dari keanggotaan
etnik.
Dalam sebuah masyarakat terdapat istilah masyarakat
multilingual yakni masyarakat yang mempunyai beberapa bahasa. Masyarakat
demikian terjadi karena beberapa etnik ikut membentuk masyarakat, sehingga dari
segi etnik bisa dikatakan sebagai masyarakat majemuk. Masalah yang timbul bagi
individu dan kelompok ialah mereka harus menguasai sekurang-kurangnya dua
bahasa yakni bahasanya sendiri dan bahasa mayoritas. Tetapi masalah ini dapat
diatasi apabila mereka mempunyai motivasi yang kuat. Motivasi itu berbentuk motivasi instrumental dan motivasi integrasi.
Masalah keanekabahasaan bagi pemerintah memang
rumit. Antara “memelihara” dan mengembangkan bahasa-bahasa minoritas
menimbulkan konsekuensi keuangan, dan kadang-kadang tidak tertanggungkan oleh
negara yang bersangkutan. Apalagi jika bahasa minoritas selalu saja mengandung
resiko terlibatnya politik. Karena bahasa sering dijadikan sebagai alat politik
atau alat gerakan politik, baik politik untuk mematikan etnik ataupun politik
untuk mencapai kemerdekaan. Oleh karena itu sebelum terlambat, pemerintah
sering membuat langkah-langkah tertentu untuk melakukan “penaklukan bahasa”.
Perbedaan lafal dalam suatu bahasa disebabkan oleh
pengaruh ragam subtratum yaitu bahasa
atau ragam bahasa yang dipakai oleh kolompok-kelompok itu atau nenek moyang
mereka sebelum mereka itu menjadi penutur suatu bahasa. Perbedaan lafal yang
diakibatkan oleh subtratum sering
kali menimbulkan pandangan yang bersifat inferioritas.
Inferioritas ini menjadi salah
apabila di dalam diri setiap penutur bahasa mengerti apabila perbedaan di
antara dialek-dialek sosial secara tidak langsung menunjukkan keunggulan
kebahasaan suatu ragam bahasa atas ragam bahasa. Secara linguistik tidak ada bahasa
atau ragam bahasa yang lebih tinggi atau lebih rendah dari bahasa lain.
izin share ya...
BalasHapus