Sabtu, 06 April 2013

Bahasa dan Etnik


Etnik mengacu pada kelompok yang keanggotaannya berdasarkan asal-usul keturunan. Seringkali bahasa digunakan sebagai ciri etnik. Bahasa dikatakan sebagai alat identitas etnik bahkan yang lebih khusus lagi bahasa daerah adalah alat identitas suku. Tetapi tanggapan seperti ini tidaklah benar adanya. Hal ini dikarenakan seorang individu apabila berada dalam lingkungan etnik lain ternyata juga bisa menggunakan bahasa etnik lain tersebut dengan baik dan bahkan hampir tidak bisa dibedakan apakah dia berasal dari etnik lain atau etnik dari tempat di mana dia tinggal sekarang. Oleh karena itu tidak selalu ada hubungan antara ras dengan bahasa. Tetapi dalam kenyataan sosial banyak hal bahasa merupakan faktor penting/ciri esensial dari keanggotaan etnik.
Dalam sebuah masyarakat terdapat istilah masyarakat multilingual yakni masyarakat yang mempunyai beberapa bahasa. Masyarakat demikian terjadi karena beberapa etnik ikut membentuk masyarakat, sehingga dari segi etnik bisa dikatakan sebagai masyarakat majemuk. Masalah yang timbul bagi individu dan kelompok ialah mereka harus menguasai sekurang-kurangnya dua bahasa yakni bahasanya sendiri dan bahasa mayoritas. Tetapi masalah ini dapat diatasi apabila mereka mempunyai motivasi yang kuat. Motivasi itu berbentuk motivasi instrumental dan motivasi integrasi.
Masalah keanekabahasaan bagi pemerintah memang rumit. Antara “memelihara” dan mengembangkan bahasa-bahasa minoritas menimbulkan konsekuensi keuangan, dan kadang-kadang tidak tertanggungkan oleh negara yang bersangkutan. Apalagi jika bahasa minoritas selalu saja mengandung resiko terlibatnya politik. Karena bahasa sering dijadikan sebagai alat politik atau alat gerakan politik, baik politik untuk mematikan etnik ataupun politik untuk mencapai kemerdekaan. Oleh karena itu sebelum terlambat, pemerintah sering membuat langkah-langkah tertentu untuk melakukan “penaklukan bahasa”.
Perbedaan lafal dalam suatu bahasa disebabkan oleh pengaruh ragam subtratum yaitu bahasa atau ragam bahasa yang dipakai oleh kolompok-kelompok itu atau nenek moyang mereka sebelum mereka itu menjadi penutur suatu bahasa. Perbedaan lafal yang diakibatkan oleh subtratum sering kali menimbulkan pandangan yang bersifat inferioritas. Inferioritas ini menjadi salah apabila di dalam diri setiap penutur bahasa mengerti apabila perbedaan di antara dialek-dialek sosial secara tidak langsung menunjukkan keunggulan kebahasaan suatu ragam bahasa atas ragam bahasa. Secara linguistik tidak ada bahasa atau ragam bahasa yang lebih tinggi atau lebih rendah dari bahasa lain. 

1 komentar: