Sabtu, 06 April 2013

Bahasa dan Kebudayaan


Kebudayaan merupakan segala hal yang manyangkut kehidupan manusia, termasuk aturan atau hukum yang berlaku di masyarakat, hasil-hasil yang dibuat manusia, kebiasaan, dan tradisi yang biasa dilakukan, dan termasuk juga alat interaksi atau komunikasi yang digunakan, yakni bahasa dan alat-alat komunikasi nonverbal lainnya.
Hubungan bahasa dengan kebudayaan sangat erat dan saling mempengaruhi. Dalam hubungan bahasa dan kebudayaan ada yang bersifat koordinatif dan subordinatif. Bersifat koordinatif karena mempunyai kedudukannya sama tingginya. Sedangkan bersifat suborniatif karena kedudukan bahasa di bawah kedudukan kebudayaan. Silzer (1990) mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua buah fenomena yang terikat, bagai dua anak kembar siam, atau sekeping mata uang yang pada satu sisi berupa sistem bahasa dan pada sistem yang lain berupa sistem budaya, maka apa yang tampak dalam budaya akan tercermin dalam bahasa, atau juga sebalinknya.
Adanya hubungan tindak berbahasa dengan sikap mental para penuturnya ada dibicarakan oleh Koentjaraningrat. Menurut Koentjaraningrat (1990) buruknya kemampuan berbahasa Indonesia sebagian besar orang Indonesia, termasuk kaum intelektualnya adalah karena adanya sifat-sifat negatif yang melekat pada mental sebagian besar orang Indonesia. sifat-sifat negatif itu adalah suka meremehkan mutu, mental menerabas, tuna harga diri, menjauhi disiplin, enggan bertanggungjawab, dan suka latah atau ikut-ikutan.
Masinambaow (1984) mengatakan bahwa sistem bahasa mempunyai fungsi sebagai sarana berlangsungnya interaksi manusia di dalam masyarakat, maka berarti di dalam tindak laku berbahasa haruslah disertai norma-norma yang berlaku di dalam budaya. Sistem tindak laku berbahasa menurut norma-norma budaya ini disebut etika berbahasa atau tata cara berbahasa. Etika berbahasa ini erat dengan pemilihan kode bahasa, norma-norma sosial, dan sistem budaya yang berlaku dalam sautu masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar